atas

15 Desember 2013

Kisah Sammy si Kucing Terlantar

Dahulu kala, hiduplah seekor induk kucing. Induk kucing tersebut sedang mengandung. Suatu hari, tibalah sang induk kucing tersebut untuk melahirkan. Karena keadaan yang tidak menentu, sang induk kucing tersebut melahirkan anaknya si sebuah Sekolah Menengah Pertama (SMP). Induk kucing itu melahirkan anaknya di kardus dekat gudang sekolah. Alhasil, induk tersebut melahirkan lima anak kucing yang lucu. Setelah melahirkan, induk kucing tersebut meninggalkan kelima anak kucing itu.

Hari terus berlalu, kelima anak kucing tersebut sudah tumbuh agak besar. Karena kekurangan makanan, anak-anak kucing tersebut badannya kurus sekali. Suatu siang, kakak pertama dari kucing-kucing tersebut keluar dari kardus dan berkeliling sekolah. Dia bosan di dalam kardus setiap hari. Ketika melewati kelas 7C, kakinya terpeleset tumpahan air minum dan dia jatuh ke dalam selokan. Kucing tersebut mengeong-ngeong meminta pertolongan dari siapa saja. Tetapi suaranya tersebut malah mengganggu pelajaran kelas 7C. Lalu pak guru yang sedang mengajar, keluar kelas untuk melihat apa yang terjadi. Anak-anak pun mengikutinya. Salah satu murid yang bernama Aldo, merasa kasihan kepada kucing tersebut. “Maaf pak, bagaimana jika saya saja yang membawa anak kucing tersebut? Saya akan merawatnya” kata Aldo. Tetapi teman-temannya malah menertawainya. “Hahahaha….!! Kamu serius Do? Anak kucing itu terlalu jorok buatmu! Kamu kan anak mama! Hahaha!” ejek Andy, ketua kelas 7C. Teman-teman pun juga ikut menertawainya. “Andy!” teriak pak guru.

Tetapi Aldo yang mendengar semua ejekan itu, tidak merasa kesal sedikitpun. “Bagaimana pak?” tanyanya. “Hmm.. Kalau kau memang mau merawatnya, silahkan”. “Terimakasih pak!” ujar Aldo senang. Lalu mereka kembali melanjutkan pelajaran. Bel pulang berbunyi, anak-anak langsung menuju gerbang sekolah untuk menunggu jemputan. Tetapi Aldo tidak, dia mencari tempat dimana kucing tersebut berasal. Tiba-tiba, dia mendengar suara anak kucing lainnya. “Oohh.. Disini rupanya” kata Aldo. “Wah, ada lima anak kucing. Hmm, aku beri kamu nama, Sammy ya” kata Aldo kepada kakak pertama. Rupanya, Andy dan Vito sedari tadi mengintip Aldo. “Dy, ternyata tempat asal anak-anak kucing tersebut di kardus itu” kata Vito. “Iya, nanti pas Aldo pergi, kita kesitu ya!”. “Sip!” balas Vito.

Aldo melirik jam tangannya, sudah menunjukkan pukul 13.30. Dia bergegas memasukkan Sammy ke dalam tasnya dan cepat-cepat pergi ke gerbang sekolah karena takut mamanya akan marah karena dia terlambat pulang. Mobil merah sudah menunggunya, dan Aldo cepat-cepat masuk kedalam mobil. “Aldo! Kenapa kamu terlambat!? Mama sudah menunggumu sejak satu jam yang lalu” ujar mama. “Mmm,, maaf ma, tadi aku lagi liat darimana kucing ini berasal” Aldo mengeluarkan kucing dari dalam tasnya. “Aldo! Kucing siapa itu!” mamanya kaget. “Tenang ma, kata pak guru aku boleh memelihara kucing ini. Aku juga tidak tahu darimana kucing ini berasal. Boleh ya ma aku memelihara kucing ini?” tanya Aldo dengan wajahnya yang minta diizinkan. “Baiklah, tapi janji kau harus benar-benar merawatnya”. “Janji ma!” kata Aldo sambil tos dengan mamanya.

Sesampainya di rumah, Aldo mandi, ganti baju dan dia pergi ke toko hewan untuk membeli makanan dan membelikan susu untuk Sammy. “Sammy, makan ini ya. Kamu akan tumbuh sehat” ujar Aldo sambil tersenyum. Kemudian Aldo mengerjakan PR dan tidur. Keesokan paginya, dia terkejut karena di dalam kardus di gudang sekolah, ada satu kucing mati. Tadi di perjalanan, dia juga melihat anak kucing yang lainnya mati tertindas kendaraan. Jadi ada dua anak kucing yang mati. Wajah Aldo sangat pucat. “Aku sangat menyesal! Kenapa kemarin aku tidak menaruhnya di tempat yang aman!” sesal Aldo sambil mengobrak-abrik rambutnya. “Dua anak kucing yang lain pasti pergi! Lalu, kenapa anak kucing ini mati di kardus?” Aldo penasaran. Dia mencurigai Andy sebagai pelakunya. “Andy! Kamu yang membunuh anak kucing itu!?”. “Iya! Memangnya kenapa anak mama?” ejek Andy. Kali ini, Aldo benar-benar kesal. “Kau jahat! Kau pembunuh!” Aldo lari meninggalkan kelas. Dia menangis di pojokan gudang. Lalu dia mengubur anak kucing yang mati itu.

Lima tahun berlalu, Sammy sudah tumbuh dewasa. Kucing betina pasangan Sammy sudah melahirkan dua anak kucing yang lucu. Sedangkan Aldo, dia kuliah di luar negeri. Keadaan sudah membaik. Suatu pagi, Aldo mendapat telepon dari Andy. Belum sempat berbicara, Andy sudah bicara duluan. “Halo, Aldo. Maafkan aku atas kejadian lima tahun yang lalu. Waktu itu, aku dan Vito mengintip kamu, lalu kami berencana mengganggu anak kucing tersebut. Satu kucing kami banting sampai dia tidak bernafas lagi. Yang lainnya kabur, tetapi salah satu kucing saat menyebrang malah tertindas mobil. Yang dua pergi entah kemana, kami tidak tahu. Tolong maafkan aku dan Vito…” kata Andy panjang lebar sambil menangis. “Iya, tidak apa-apa. Aku maafkan”. “Terimakasih Do!” telepon ditutup Andy. Akhirnya, pertemanan Aldo dan Andy pun kembali lancar. Dan Sammy juga bahagia bersama keluarganya.


 
free counters

My Fave Links:

© 2009 - 2014 Teh Nasywa | kontak | disclaimer | #600