‘Sorry, dear. Untuk seminggu ini
Mom ada meeting di Perth, Dad juga belum bisa pulang dari Aussie. Mungkin
pulangnya baru bisa minggu depan bareng Mom. Jaga kesehatan ya, jangan lupa
belajar.
Kiss & hug
Mom and Dad’
“Jeez,” gumamku sambil berlalu
pergi.
***
Sampai sekolah, aku
terengah-engah. Sepanjang jalan menuju sekolah tadi aku berlari. Bel masuk di
sekolah ini berbunyi pukul 8.30. Untung masih tersisa 5 menit lagi untukku
menggosok gigi. Di rumah tadi, aku belum sempat menggosok gigiku, apalagi
melangkahkan kaki ke kamar mandi.
Kriinggg!!!
Aku bergegas meletakkan
barang-barangku di loker dan segera menuju ruang kelas. Pelajaran pertama hari
ini adalah Fisika. Aku langsung menuju ke kelas Fisika dan mengambil bangku
paling belakang.
“For God’s sake!” aku langsung
menepuk dahiku. Bodohnya aku! Aku belum mengerjakan proyek Fisika yang
ditugaskan oleh Mr. Douglas minggu lalu. Dan lebih bodohnya lagi, aku baru
sadar ketika sudah sampai di kelas.
“What’s up?” Adam mengagetkanku
dengan menepuk bahuku dari samping.
“Aku lupa mengerjakan proyekku,
dan sekarang Mr. Doug pasti akan membunuhku.”
Mr. Douglas memasuki kelas. Deg!
Pikiranku langsung kacau tak karuan dan jantungku serasa disambar petir.
Bagaimana tidak? Mr. Doug adalah salah satu guru killer di sekolah ini, dan mungkin ia masuk nominasi lima guru
tergalak di Oak’s Middle School.
Satu persatu nama temanku
dipanggil. Mereka mempresentasikan proyek mereka masing-masing dengan sangat
baik, termasuk Adam. Ia mempresentasikan tentang peredaran bumi dan bulan. I
guess, he will got an A+.
“Mr. Hemsworth!”
Deg! Mr. Doug memanggil namaku.
Kebetulan, namaku adalah yang terakhir dipanggil dari dua puluh siswa di kelas.
Aku rasa, ini karena nilai Fisika-ku yang selalu mendapat C.
“I… I forgot to do my project,
Sir.”
Seisi kelas menoleh ke arahku. Hening.
Aku menunduk malu penuh penyesalan, dan kurasa aku telah meneteskan air mata.
“Look! He’s crying! Fag!” Seisi
kelas menertawakanku, kecuali Adam. Ia menatapku sedih.
Aku tak diam saja. Aku mendatangi
meja Kian, si provokator.
“Kamu sudah membuat masalah besar
denganku. Sekali lagi kau berbuat seperti itu, I’ll kick your ass. I’m serious.
Oh, satu lagi, aku bukan banci. Ingat itu!” bisikku tegas, tepat di samping
telinganya. Mimik wajahnya seketika berubah pucat.
Kriinggg!!!
Akhirnya, kelas Fisika selesai.
Tinggal satu pelajaran lagi, yaitu Studi Sosial.
“Mr. Hemsworth. Ikut ke ruangan
saya. Sekarang.” Mr. Doug membuatku gemetaran.
“Good luck,” Adam mengedipkan sebelah
matanya.
***
Sampai di ruang guru, tepatnya di
ruangan Mr. Doug, wajahku langsung pucat pasi. Mungkin ia akan memberiku tugas
yang lebih berat, atau memberiku poin untuk skors.
“Saya meminta Anda untuk
memberitahu orang tua Anda agar datang
jam 9 besok pagi di ruangan ini. Boleh Ayah, boleh Ibu, dua-duanya lebih
baik. Silakan, Anda boleh pergi sekarang.”
WHAT?
“Bila orang tua saya tidak
datang?”
Ia mendekat ke arahku dan
berbisik, “Saya tidak menoleransi alasan apapun. Bila orang tua Anda tidak hadir,
saya tidak akan meluluskan Anda.”
“Tapi, Pak, orang tua saya
sedang-“
“Bukankah saya telah menyuruh Anda
untuk keluar ruangan ini?”
Aku kaget.
“Ok, Sir. Thanks.” Aku langsung
keluar ruangan dengan perasaan yang bercampur aduk antara kesal, bingung, lelah,
dan juga lapar. Sayangnya, begitu aku keluar dari ruang guru, bel berganti
pelajaran langsung berbunyi. Padahal aku berencana akan ke kafetaria. Ah,
sialnya. Ini semua salahku.
***
Setelah sekolah usai, aku pulang.
Sampai rumah, aku langsung mandi. Setelah mandi, aku mengecek makanan di
kulkas. Aku sedang malas masak, dan sereal juga sudah habis. Aku memutuskan
pergi ke toko untuk membeli makan siang.
Baru akan pergi ke toko, Adam
menelepon. Ia mengajakku makan siang di rumahnya, karena kebetulan ibunya
sedang memasak makanan yang banyak. Aku langsung menuju rumah Adam.
***
Sampai di rumah Adam, aku langsung
disambut oleh ibunya. Aku diajak menuju ruang makan dan duduk di samping Adam.
Aku bersalaman dengan ayah Adam yang sedang membaca koran di ruang makan dan
Adam memperkenalkan diriku ke ayahnya. Setelah itu kami berbincang-bincang
sebentar.
Setelah semua makanan dihidangkan
di meja makan, kami berdoa, lalu makan bersama.
Aku benar-benar merasakan sesuatu yang beda. Di rumah, hampir tidak pernah kami makan bersama. Yang ada, anggota keluarga masing-masing makan di ruang terpisah dan di waktu yang berbeda. Dad biasanya pulang kerja malam dan makan malam di ruang tidurnya sambil menyelesaikan pekerjaannya lewat laptop. Sedangkan Mom, ia juga pulang malam (Mom pulang lebih awal dari Dad) dan selalu makan malam di sofa kesayangannya di depan televisi sambil menonton film. Aku selalu makan sendiri di meja makan, dan di waktu yang lebih awal dari Mom and Dad. Selalu saja seperti itu, tak terkecuali hari Sabtu dan Minggu. Dan selain itu, setelah mereka selesai makan, pasti mereka langsung tertidur tanpa mengecupku terlebih dahulu. Mereka tak peduli semalam apapun aku tidur. Mereka juga tak pernah mengecek hasil ulangan atau PR-ku. Dan di hari libur, apa yang mereka lakukan? Tidur sepanjang hari. Mereka beralasan tubuhnya lelah setelah seminggu bekerja. I understand, but that’s sucks!
Aku benar-benar merasakan sesuatu yang beda. Di rumah, hampir tidak pernah kami makan bersama. Yang ada, anggota keluarga masing-masing makan di ruang terpisah dan di waktu yang berbeda. Dad biasanya pulang kerja malam dan makan malam di ruang tidurnya sambil menyelesaikan pekerjaannya lewat laptop. Sedangkan Mom, ia juga pulang malam (Mom pulang lebih awal dari Dad) dan selalu makan malam di sofa kesayangannya di depan televisi sambil menonton film. Aku selalu makan sendiri di meja makan, dan di waktu yang lebih awal dari Mom and Dad. Selalu saja seperti itu, tak terkecuali hari Sabtu dan Minggu. Dan selain itu, setelah mereka selesai makan, pasti mereka langsung tertidur tanpa mengecupku terlebih dahulu. Mereka tak peduli semalam apapun aku tidur. Mereka juga tak pernah mengecek hasil ulangan atau PR-ku. Dan di hari libur, apa yang mereka lakukan? Tidur sepanjang hari. Mereka beralasan tubuhnya lelah setelah seminggu bekerja. I understand, but that’s sucks!
“Jerry?” sapa Adam mengagetkanku.
“Apa kau melamun?”
“Um- nope. I’m just… um…
memikirkan rumahku. Tidak ada seorang pun di sana. Ini aku sudah selesai makan.
Terima kasih Mr. and Mrs. McLaughlin! Thanks, Adam!” Aku berpamitan dan
langsung bergegas pulang. Aku lupa belum memberitahu Mom and Dad tentang Mr.
Doug tadi. Dan satu hal, keluarga Adam telah mengajarkanku dan menyadarkanku
tentang arti kebersamaan sebuah keluarga. Once again, thank you to McLaughlin
family.
***
“Mom, can you please go home
tomorrow?”
“What? Mom ada meeting saat ini,
Jerry. Please, kita bicarakan ini nanti, ya?”
“But, Mom, it’s really important.
Mr. Doug minta-“
Tuuttt… Telepon ditutup oleh Mom.
“God, dammit!” aku membanting
telepon dengan kasar. Aku kesal sekali. Tetapi aku sadar, aku masih bisa
menghubungi Dad. Harapanku tinggal Dad seorang diri.
“Hello, Dad?”
“Yeah, Jerry? What’s going on?”
“Aku ingin Dad besok datang ke
sekolah untuk menemui Mr. Douglas. Ia ingin membicarakan suatu hal yang penting
dengan Dad. Besok jam 9 pagi, jangan telat. Ia tidak suka orang yang tidak
tepat waktu. Dan kalau Dad tidak datang, aku tidak lulus kelas Fisika.”
“Wait, what? Kamu nggak bercanda
kan, Nak? Besok?”
“Yes, Dad. Please.”
“Tapi besok Dad ada-“
“Am I worth it, Dad? Lebih
berharga mana? Aku atau perkerjaan Dad?”
“Ya kamu dong, Jerry. Ok, ok,
besok Dad akan datang. Kamu tenang aja. Tidur nyenyak, ya. Good night.”
Telepon ditutup.
Aku lega sekali Dad besok akan datang. Sekarang saatnya aku tidur.
Aku lega sekali Dad besok akan datang. Sekarang saatnya aku tidur.
***
“SURPRISE!!!”
Aku kaget bukan main sampai-sampai
aku terperanjat dari kasur. Aku melihat ke arah jam. Dan… Mom and Dad? Kenapa
mereka ada di sini tengah malam begini?
“Mom? Dad?” aku terpaku di atas
tempat tidur. Ini rasanya seperti mimpi. Tapi aku tahu, ini nyata.
Dad menyalakan lampu. Akhirnya,
aku bisa melihat lebih jelas. Tetapi…
“Apa- apa ini, Dad? Kenapa banyak
sekali kado? Dan… kenapa kalian berpakaian seperti badut? Oh, c’mon, it’s still
midnight! What the heck are you doing?” aku bertanya keheranan.
“Apa kamu lupa, Jerry? Hari ini
kan, ulang tahunmu! Kami sengaja tidak memberitahumu terlebih dahulu, biar
asyik!” Mereka lalu menyanyikan lagu ‘Happy Birthday’ dan meniup terompet. Aku
masih tak percaya dengan apa yang baru
saja terjadi. Selama ini, setiap ulang tahun, aku pikir mereka lupa karena
hampir tidak pernah ada ucapan ‘Selamat Ulang Tahun’!
Aku terharu dan memeluk mereka.
“Kalian datang jauh-jauh tengah
malam begini demi ulang tahunku? Oh, terima kasih, Mom, Dad! I love you all!
And did you know, how much I miss you two!?”
Mereka tersenyum.
“Jerry, apa keinginan terbesarmu?
Kami akan mengabulkannya hari ini juga! Kamu mau mobil pribadi? Beres! Kamu mau
bertemu Presiden? Beres! Kamu sudah kelas 3 SMP. Sebentar lagi akan lulus!
Jadi, apa yang paling kau mau?”
Ya, kami memang termasuk keluarga
berkecukupan. Dad adalah seorang pejabat. Mom adalah seorang pengacara. Kami
hidup serba cukup. Jujur saja, saat dulu kecil aku adalah anak rumahan yang
manja. Tetapi sekarang tidak lagi. Everything has changed, okay?
Omong-omong mendengar pertanyaan
Dad tadi, aku jadi kesal.
“Kalian tidak mengerti!” Aku tiba-tiba
marah. Aku kehilangan kendali. Belum pernah sebelumnya aku meneriaki mereka.
Tetapi saat ini, tak bisa kucegah. Aku benar-benar kesal.
“Ada apa, Jerry? Kau tidak senang
Dad menanyakan hal itu?” Dad bertanya. Ia tampak heran sekaligus kaget karena
ia belum pernah melihat aku marah di depannya sebelumnya.
Aku menjawab sambil menangis,
“Kalian benar-benar tidak mengerti apa yang paling aku butuhkan dalam hidupku!
Aku tidak membutuhkan semua itu, Dad! Aku butuh kasih sayang, bukan barang!”
Hening. Mom and Dad saling
bertatapan. Setelah agak lama, Dad akhirnya angkat bicara.
“Jerry, maafkan kami. Kami baru sadar
bahwa ternyata kebersamaan seperti inilah hal yang paling hangat dan berharga
dalam sebuah keluarga. Dad and Mom baru sadar, keluarga kita tidak harmonis.
Kami kurang memperhatikanmu dan kurang memberikan kasih sayang padamu. Maafkan
kami ya, Nak. Memang, saat ini kau dapatkan semua yang kau inginkan, tetapi ternyata
bukan yang kau butuhkan. Kami malah lebih mementingkan pekerjaan dan uang
daripada kamu. Tetapi mulai saat ini, kami janji, akan menghabiskan waktu lebih
banyak denganmu. Dan kami juga janji tak akan mengulanginya lagi. Ini akan kami
jadikan pelajaran berharga seumur hidup kami.”
“Promise me, Dad?” Aku mengangkat
jari kelingking. Dad membalasnya sambil mengangguk, begitu juga dengan Mom.
“Besok siapa yang akan ikut ke
Amazon Land?” Dad melirik dan tersenyum ke arahku.
“Aku, aku!!!” aku tunjuk jari
dengan semangat.
Malam itu, kami tertawa bahagia
dan berpelukan sangat erat. Ikatan yang telah putus, akhirnya tersambung
kembali.