atas

30 Mei 2016

Promise Me, Dad

Pagi itu aku bangun terlambat. Sudah sekitar pukul 8.15, aku baru berganti pakaian. Ditambah lagi, pagi itu cuaca mendung di Melbourne. Aku bergegas memasukkan buku-buku pelajaran  untuk hari ini. Ketika sudah bersiap untuk pergi sekolah, aku melihat catatan kecil ditempel di kulkas yang isinya:

‘Sorry, dear. Untuk seminggu ini Mom ada meeting di Perth, Dad juga belum bisa pulang dari Aussie. Mungkin pulangnya baru bisa minggu depan bareng Mom. Jaga kesehatan ya, jangan lupa belajar.
Kiss & hug
Mom and Dad’
“Jeez,” gumamku sambil berlalu pergi.

***

Sampai sekolah, aku terengah-engah. Sepanjang jalan menuju sekolah tadi aku berlari. Bel masuk di sekolah ini berbunyi pukul 8.30. Untung masih tersisa 5 menit lagi untukku menggosok gigi. Di rumah tadi, aku belum sempat menggosok gigiku, apalagi melangkahkan kaki ke kamar mandi.

Kriinggg!!!

Aku bergegas meletakkan barang-barangku di loker dan segera menuju ruang kelas. Pelajaran pertama hari ini adalah Fisika. Aku langsung menuju ke kelas Fisika dan mengambil bangku paling belakang.
“For God’s sake!” aku langsung menepuk dahiku. Bodohnya aku! Aku belum mengerjakan proyek Fisika yang ditugaskan oleh Mr. Douglas minggu lalu. Dan lebih bodohnya lagi, aku baru sadar ketika sudah sampai di kelas.
“What’s up?” Adam mengagetkanku dengan menepuk bahuku dari samping.
“Aku lupa mengerjakan proyekku, dan sekarang Mr. Doug pasti akan membunuhku.”

Mr. Douglas memasuki kelas. Deg! Pikiranku langsung kacau tak karuan dan jantungku serasa disambar petir. Bagaimana tidak? Mr. Doug adalah salah satu guru killer di sekolah ini, dan mungkin ia masuk nominasi lima guru tergalak di Oak’s Middle School.

Satu persatu nama temanku dipanggil. Mereka mempresentasikan proyek mereka masing-masing dengan sangat baik, termasuk Adam. Ia mempresentasikan tentang peredaran bumi dan bulan. I guess, he will got an A+.

“Mr. Hemsworth!”

Deg! Mr. Doug memanggil namaku. Kebetulan, namaku adalah yang terakhir dipanggil dari dua puluh siswa di kelas. Aku rasa, ini karena nilai Fisika-ku yang selalu mendapat C.
“I… I forgot to do my project, Sir.”
Seisi kelas menoleh ke arahku. Hening. Aku menunduk malu penuh penyesalan, dan kurasa aku telah meneteskan air mata.
“Look! He’s crying! Fag!” Seisi kelas menertawakanku, kecuali Adam. Ia menatapku sedih.
Aku tak diam saja. Aku mendatangi meja Kian, si provokator.
“Kamu sudah membuat masalah besar denganku. Sekali lagi kau berbuat seperti itu, I’ll kick your ass. I’m serious. Oh, satu lagi, aku bukan banci. Ingat itu!” bisikku tegas, tepat di samping telinganya. Mimik wajahnya seketika berubah pucat.

Kriinggg!!!

Akhirnya, kelas Fisika selesai. Tinggal satu pelajaran lagi, yaitu Studi Sosial.
“Mr. Hemsworth. Ikut ke ruangan saya. Sekarang.” Mr. Doug membuatku gemetaran.
“Good luck,” Adam mengedipkan sebelah matanya.

***

Sampai di ruang guru, tepatnya di ruangan Mr. Doug, wajahku langsung pucat pasi. Mungkin ia akan memberiku tugas yang lebih berat, atau memberiku poin untuk skors.
“Saya meminta Anda untuk memberitahu orang tua Anda agar datang  jam 9 besok pagi di ruangan ini. Boleh Ayah, boleh Ibu, dua-duanya lebih baik. Silakan, Anda boleh pergi sekarang.”
WHAT?
“Bila orang tua saya tidak datang?”
Ia mendekat ke arahku dan berbisik, “Saya tidak menoleransi alasan apapun. Bila orang tua Anda tidak hadir, saya tidak akan meluluskan Anda.”
“Tapi, Pak, orang tua saya sedang-“
“Bukankah saya telah menyuruh Anda untuk keluar ruangan ini?”
Aku kaget.
“Ok, Sir. Thanks.” Aku langsung keluar ruangan dengan perasaan yang bercampur aduk antara kesal, bingung, lelah, dan juga lapar. Sayangnya, begitu aku keluar dari ruang guru, bel berganti pelajaran langsung berbunyi. Padahal aku berencana akan ke kafetaria. Ah, sialnya. Ini semua salahku.

***

Setelah sekolah usai, aku pulang. Sampai rumah, aku langsung mandi. Setelah mandi, aku mengecek makanan di kulkas. Aku sedang malas masak, dan sereal juga sudah habis. Aku memutuskan pergi ke toko untuk membeli makan siang.

Baru akan pergi ke toko, Adam menelepon. Ia mengajakku makan siang di rumahnya, karena kebetulan ibunya sedang memasak makanan yang banyak. Aku langsung menuju rumah Adam.

***

Sampai di rumah Adam, aku langsung disambut oleh ibunya. Aku diajak menuju ruang makan dan duduk di samping Adam. Aku bersalaman dengan ayah Adam yang sedang membaca koran di ruang makan dan Adam memperkenalkan diriku ke ayahnya. Setelah itu kami berbincang-bincang sebentar.

Setelah semua makanan dihidangkan di meja makan, kami berdoa, lalu makan bersama.

Aku benar-benar merasakan sesuatu yang beda. Di rumah, hampir tidak pernah kami makan bersama. Yang ada, anggota keluarga masing-masing makan di ruang terpisah dan di waktu yang berbeda. Dad biasanya pulang kerja malam dan makan malam di ruang tidurnya sambil menyelesaikan pekerjaannya lewat laptop. Sedangkan Mom, ia juga pulang malam (Mom pulang lebih awal dari Dad) dan selalu makan malam di sofa kesayangannya di depan televisi sambil menonton film. Aku selalu makan sendiri di meja makan, dan di waktu yang lebih awal dari Mom and Dad. Selalu saja seperti itu, tak terkecuali hari Sabtu dan Minggu. Dan selain itu, setelah mereka selesai makan, pasti mereka langsung tertidur tanpa mengecupku terlebih dahulu. Mereka tak peduli semalam apapun aku tidur. Mereka juga tak pernah mengecek hasil ulangan atau PR-ku. Dan di hari libur, apa yang mereka lakukan? Tidur sepanjang hari. Mereka beralasan tubuhnya lelah setelah seminggu bekerja. I understand, but that’s sucks!
“Jerry?” sapa Adam mengagetkanku.
“Apa kau melamun?”
“Um- nope. I’m just… um… memikirkan rumahku. Tidak ada seorang pun di sana. Ini aku sudah selesai makan. Terima kasih Mr. and Mrs. McLaughlin! Thanks, Adam!” Aku berpamitan dan langsung bergegas pulang. Aku lupa belum memberitahu Mom and Dad tentang Mr. Doug tadi. Dan satu hal, keluarga Adam telah mengajarkanku dan menyadarkanku tentang arti kebersamaan sebuah keluarga. Once again, thank you to McLaughlin family.

 ***

“Mom, can you please go home tomorrow?”
“What? Mom ada meeting saat ini, Jerry. Please, kita bicarakan ini nanti, ya?”
“But, Mom, it’s really important. Mr. Doug minta-“
Tuuttt… Telepon ditutup oleh Mom.
“God, dammit!” aku membanting telepon dengan kasar. Aku kesal sekali. Tetapi aku sadar, aku masih bisa menghubungi Dad. Harapanku tinggal Dad seorang diri.
“Hello, Dad?”
“Yeah, Jerry? What’s going on?”
“Aku ingin Dad besok datang ke sekolah untuk menemui Mr. Douglas. Ia ingin membicarakan suatu hal yang penting dengan Dad. Besok jam 9 pagi, jangan telat. Ia tidak suka orang yang tidak tepat waktu. Dan kalau Dad tidak datang, aku tidak lulus kelas Fisika.”
“Wait, what? Kamu nggak bercanda kan, Nak? Besok?”
“Yes, Dad. Please.”
“Tapi besok Dad ada-“
“Am I worth it, Dad? Lebih berharga mana? Aku atau perkerjaan Dad?”
“Ya kamu dong, Jerry. Ok, ok, besok Dad akan datang. Kamu tenang aja. Tidur nyenyak, ya. Good night.”
Telepon ditutup.

Aku lega sekali Dad besok akan datang. Sekarang saatnya aku tidur.

***

“SURPRISE!!!”
Aku kaget bukan main sampai-sampai aku terperanjat dari kasur. Aku melihat ke arah jam. Dan… Mom and Dad? Kenapa mereka ada di sini tengah malam begini?
“Mom? Dad?” aku terpaku di atas tempat tidur. Ini rasanya seperti mimpi. Tapi aku tahu, ini nyata.
Dad menyalakan lampu. Akhirnya, aku bisa melihat lebih jelas. Tetapi…
“Apa- apa ini, Dad? Kenapa banyak sekali kado? Dan… kenapa kalian berpakaian seperti badut? Oh, c’mon, it’s still midnight! What the heck are you doing?” aku bertanya keheranan.
“Apa kamu lupa, Jerry? Hari ini kan, ulang tahunmu! Kami sengaja tidak memberitahumu terlebih dahulu, biar asyik!” Mereka lalu menyanyikan lagu ‘Happy Birthday’ dan meniup terompet. Aku masih tak percaya dengan apa  yang baru saja terjadi. Selama ini, setiap ulang tahun, aku pikir mereka lupa karena hampir tidak pernah ada ucapan ‘Selamat Ulang Tahun’!
Aku terharu dan memeluk mereka.
“Kalian datang jauh-jauh tengah malam begini demi ulang tahunku? Oh, terima kasih, Mom, Dad! I love you all! And did you know, how much I miss you two!?”
Mereka tersenyum.
“Jerry, apa keinginan terbesarmu? Kami akan mengabulkannya hari ini juga! Kamu mau mobil pribadi? Beres! Kamu mau bertemu Presiden? Beres! Kamu sudah kelas 3 SMP. Sebentar lagi akan lulus! Jadi, apa yang paling kau mau?”
Ya, kami memang termasuk keluarga berkecukupan. Dad adalah seorang pejabat. Mom adalah seorang pengacara. Kami hidup serba cukup. Jujur saja, saat dulu kecil aku adalah anak rumahan yang manja. Tetapi sekarang tidak lagi. Everything has changed, okay?
Omong-omong mendengar pertanyaan Dad tadi, aku jadi kesal.
“Kalian tidak mengerti!” Aku tiba-tiba marah. Aku kehilangan kendali. Belum pernah sebelumnya aku meneriaki mereka. Tetapi saat ini, tak bisa kucegah. Aku benar-benar kesal.
“Ada apa, Jerry? Kau tidak senang Dad menanyakan hal itu?” Dad bertanya. Ia tampak heran sekaligus kaget karena ia belum pernah melihat aku marah di depannya sebelumnya.
Aku menjawab sambil menangis, “Kalian benar-benar tidak mengerti apa yang paling aku butuhkan dalam hidupku! Aku tidak membutuhkan semua itu, Dad! Aku butuh kasih sayang, bukan barang!”
Hening. Mom and Dad saling bertatapan. Setelah agak lama, Dad akhirnya angkat bicara.
“Jerry, maafkan kami. Kami baru sadar bahwa ternyata kebersamaan seperti inilah hal yang paling hangat dan berharga dalam sebuah keluarga. Dad and Mom baru sadar, keluarga kita tidak harmonis. Kami kurang memperhatikanmu dan kurang memberikan kasih sayang padamu. Maafkan kami ya, Nak. Memang, saat ini kau dapatkan semua yang kau inginkan, tetapi ternyata bukan yang kau butuhkan. Kami malah lebih mementingkan pekerjaan dan uang daripada kamu. Tetapi mulai saat ini, kami janji, akan menghabiskan waktu lebih banyak denganmu. Dan kami juga janji tak akan mengulanginya lagi. Ini akan kami jadikan pelajaran berharga seumur hidup kami.”
“Promise me, Dad?” Aku mengangkat jari kelingking. Dad membalasnya sambil mengangguk, begitu juga dengan Mom.
“Besok siapa yang akan ikut ke Amazon Land?” Dad melirik dan tersenyum ke arahku.
“Aku, aku!!!” aku tunjuk jari dengan semangat.
Malam itu, kami tertawa bahagia dan berpelukan sangat erat. Ikatan yang telah putus, akhirnya tersambung kembali.


 
free counters

My Fave Links:

© 2009 - 2014 Teh Nasywa | kontak | disclaimer | #600